Selepas tiba di rumah, Cepot mengeluh. Ia mengeluh karena dalam perjalanan pulang, angkutan umum yang ia naiki ugal-ugalan di jalan sehingga mengancam keselamatan dirinya. Keluhan yang diungkapkan oleh Cepot tak hanya itu, penumpang yang berada di dalam angkutan umum banyak yang merokok sehingga ruangan di dalam angkutan umum menjadi tidak sehat dan pengap. “Dasar semua tidak beretika,’ ujarnya dengan kenes.
Apa yang dikeluhkan Cepot itu ditangkap oleh Wakil Ketua MPR Melani Leimena Suharli. Bagi Melani etika adalah suatu yang penting sehingga sejak kecil masalah ini harus ditanamkan kepada generasi muda sehingga di sinilah pentingnya peran kaum ibu memberi pendidikan mengenai etika. “Ibu yang orang yang pertama mengajari etika,” ujarnya. Penanaman etika yang dilakukan oleh ibulah yang membuat generasi muda mampu mencerminkan sikap toleransi kepada orang lain sepanjang masa. “Ibu harus mengajarkan sikap jujur, toleransi, gotong royong, dan malu berbuat masalah,” ujarnya. “Meski ibunya pendidikan formalnya kurang namun Saya yakin ia bisa memberi etika,” tambahnya.
Menurut Melani masing-masing daerah memiliki kearifan lokal dalam soal etika namun diakui masalah etika saat ini sepertinya sudah banyak orang yang tidak peduli sehingga kejadiannya seperti yang dialami Cepot. Untuk menumbuhkan kembali etika di masyarakat, Melani mengatakan maka MPR melakukan Sosialisasi 4 Pilar. “Empat Pilar tidak hanya dihafalkan namun juga harus diamalkan,” tegasnya.
Dialog antara Melani dan Cepot tadi tersaji dalam Sosialisasi 4 Pilar yang akan tayang di TVRI pada minggu pertama Maret 2013. Sosialisasi dengan nama program Indonesia Tersenyum Bersama 4 Pilar yang direkam pada 23 Februari itu mengambil tema Etika Sosial Budaya. Dalam acara itu tak hanya Cepot sebuah wayang yang dimainkan seorang dalan sebagai sosok yang mencairkan sosialisasi, namun juga ada komedian seperti Temon.