Gejala sosial di masyarakat yang berujung pada konflik horizontal, merupakan bentuk kemerosotan nilai dan norma. Rasa nasionalisme makin terkikis seiring perkembangan zaman dengan masuknya budaya asing.
Jakarta, SenayanMagazine.com - Bertempat di gedung Nusantara 3 DPR/MPR RI SenayanMagazine.com disambut hangat Melanie Leimena Suharli di ruang kerjanya. Ruangan kerja Melanie tertata apik dan dipenuhi puluhan foto serta piagam dan piala. “Silahkan Mas, kebetulan saya masih sibuk menerima tamu,” sapa perempuan berkerudung ini dengan santun.
Duduk di atas sofa, Melanie mengatakan, bangsa ini sedang mengalami berbagai krisis multidimensi. Hal ini bisa terjadi karena salah satu faktornya adalah belum dipahami dan dilaksanakannya ketentuan UUD NKRI tahun 1945 secara konsisten dan konsekuen oleh seluruh komponen bangsa. Dari sinilah maka pemahaman masyarakat mengenai konstitusi secara utuh dan menyeluruh menjadi sangat penting.
Pemahaman ini sebagai upaya untuk mendorong terus terwujudnya cita-cita reformasi dan proklamasi, sebagaimana diamanatkan oleh pembukaan UUD NKRI Tahun 1945. “Kami menghimbau kepada seluruh anggota MPR untuk menjalankan amanat UU. No. 27 Tahun 2009 dengan sebaik-baiknya, agar seluruh lapisan masyarakat memahami UUD NKRI Tahun 1945 secara utuh dan menyeluruh,” tegas Melani.
Lebih lanjut dikatakan, pemahaman masyarakat terhadap UUD NKRI Tahun 1945, juga harus dibarengi dengan pemahaman Pancasila, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika. “Oleh sebab, kami mengajak kepada seluruh anggota MPR untuk terus menggelorakan 4 Pilar dalam setiap nafas kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara,” ujar Putri Pahlawan J. Leimena dengan optimis.
Pada kesempatan tersebut Melani Leimena Suharli mengatakan bahwa Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara tidak hanya dipahami secara tekstual tetapi konsepsi, jiwa, makna, dan suasana batin pada saat norma-norma itu diterapkan.
Untuk mengakomodir berbagai gejolak yang ada maka Melani mengatakan soal 4 pilar menjadi dasar kebangsaan dan nasionalisme. Bahkan gagasan sosialisasi 4 pilar kebangsaan, disambut baik oleh Mendikbud untuk memasukkan kembali pancasila akan masuk dalam mata pelajaran. Selain pancasila yang sudah mendapat respon dan kembali menjadi mata pelajaran disambut lagi Bhineka Tunggal Ika akan menjadi mata pelajaran baru.
Pada masa Orde Baru bukan hanya pancasila yang salah akan tetapi selama kepemimpinannya menjadikan pancasila sebagai indokrinasi sehingga ada kesalahpemahaman terhadap makna dan pengamalan Pancasila. Melani berharap pada era sekarang Pancasila menjadi pemahaman yang terbuka.
Dengan melakukan sosialisasi 4 pilar kebangsaan sesuai dengan target dan sasaran di masyarakat, salah satu media yang digunakan adalah dengan menerbitkan komik dan kartun yang mudah dipahami oleh masyarakat. “Dengan metode baru yang mudah dipahami dengan melibatkan sejarahwan yang terlibat pada masa, dengan melakukan survei yang hasilnya masyrakat berharap 4 pilar tetap disosialisaikan kepada masyarakat,” kata Melani.
Melani mengatakan pentingnya sosialisasi 4 Pilar Kebangsaan agar UUD NRI Tahun 1945 dan Ketetapan MPR RI lebih dapat dipahami secara utuh dan menyeluruh. Sehingga melalui pelaksanaan sosialisasi menjadi semangat untuk melanjutkan program sosilasisai lebih lanjut. “Saya tetap optimis sosialisai pesan 4 pilar bisa diterima oleh masyarakat keberbagai lapisan dan tidak boleh putus untuk disosialisaikan lebih lanjut,” tukasnya.
Seperti yang diutaran oleh Melani, 4 pilar kebangsaan diharapkan akan menjadi sebuah lembaga untuk pembinaan secara untuh dan konsekuen sesuai dengan semangat kebangsaan. Bahwa kelembagaan yang menelan biaya besar tapi efek terhadap rasa nasionalisme yang tingga maka akan setimpal.
Model Kepemimpnan pada setiap era pemerintahan kebangkitan nasionalisme harus digelorakan untuk mengobarkan rasa kebangsaan. Pada era Soekarno sesuai dengan era kemerdekaan sehingga dengan mudah membangkitkan nasionalisme karena bangsa Indonesia baru merdeka, pada era Soeharto adalah masa pembangunan yang dibangun dengan berbagai bantuan dan pinjaman luar negeri, justru pada era kepempinan SBY bangsa Indonesia memberikan pinjaman kepada IMF sebagai bukti bahwa Indonesia juga mampu berdiri sebagai bangsa yang bermartabat dan dihormati oleh bangsa lain. “Memberikan pinjaman adalah wujud menjadi bangsa yang dihormati oleh bangsa lain,” imbuhnya.
Penerapan kebijakan sesuai dengan pola dan methode kepemimpinan masing-masing sehingga mempunyai rule model sesuai dengan era perkembangannya. Pada era Gus Dur membuka peluang golongan lain yang diterima oleh semua golongan. Pada era Megawati sebagai pemimpin perempuan dapat diterima oleh bangsa lain. Begitu juga dengan kepempinan SBY yang mempunyai model kepemimpinan sebagai bangsa yang dihormati oleh bangsa lain di dunia.
Sebagai pemangku jabatan wakil MPR RI, Melani bertekad mensosialisaikan 4 Pilar kebangsaan, walaupun banyak tantangan dalam pelaksanaan maka ia bertekad meneruskan kebijakan dalam Sosialisasi 4 Pilar, yakni Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika. Melani berharap siapaun pemimpinya pada tahun-tahun yang akan datang sosialisasi 4 Pilar Kebangsaan bisa dilaksanakan secara berkelanjutan. “Walaupun setiap pemimpin mempunyai eranya, maka tahun yang akan datang yang akan mempin maka 4 pilar harus disosialisaikan kepada masyarakat,” ungkap Melani dengan santai.
Aqila Putera
Jakarta, SenayanMagazine.com - Bertempat di gedung Nusantara 3 DPR/MPR RI SenayanMagazine.com disambut hangat Melanie Leimena Suharli di ruang kerjanya. Ruangan kerja Melanie tertata apik dan dipenuhi puluhan foto serta piagam dan piala. “Silahkan Mas, kebetulan saya masih sibuk menerima tamu,” sapa perempuan berkerudung ini dengan santun.
Duduk di atas sofa, Melanie mengatakan, bangsa ini sedang mengalami berbagai krisis multidimensi. Hal ini bisa terjadi karena salah satu faktornya adalah belum dipahami dan dilaksanakannya ketentuan UUD NKRI tahun 1945 secara konsisten dan konsekuen oleh seluruh komponen bangsa. Dari sinilah maka pemahaman masyarakat mengenai konstitusi secara utuh dan menyeluruh menjadi sangat penting.
Pemahaman ini sebagai upaya untuk mendorong terus terwujudnya cita-cita reformasi dan proklamasi, sebagaimana diamanatkan oleh pembukaan UUD NKRI Tahun 1945. “Kami menghimbau kepada seluruh anggota MPR untuk menjalankan amanat UU. No. 27 Tahun 2009 dengan sebaik-baiknya, agar seluruh lapisan masyarakat memahami UUD NKRI Tahun 1945 secara utuh dan menyeluruh,” tegas Melani.
Lebih lanjut dikatakan, pemahaman masyarakat terhadap UUD NKRI Tahun 1945, juga harus dibarengi dengan pemahaman Pancasila, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika. “Oleh sebab, kami mengajak kepada seluruh anggota MPR untuk terus menggelorakan 4 Pilar dalam setiap nafas kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara,” ujar Putri Pahlawan J. Leimena dengan optimis.
Pada kesempatan tersebut Melani Leimena Suharli mengatakan bahwa Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara tidak hanya dipahami secara tekstual tetapi konsepsi, jiwa, makna, dan suasana batin pada saat norma-norma itu diterapkan.
Untuk mengakomodir berbagai gejolak yang ada maka Melani mengatakan soal 4 pilar menjadi dasar kebangsaan dan nasionalisme. Bahkan gagasan sosialisasi 4 pilar kebangsaan, disambut baik oleh Mendikbud untuk memasukkan kembali pancasila akan masuk dalam mata pelajaran. Selain pancasila yang sudah mendapat respon dan kembali menjadi mata pelajaran disambut lagi Bhineka Tunggal Ika akan menjadi mata pelajaran baru.
Pada masa Orde Baru bukan hanya pancasila yang salah akan tetapi selama kepemimpinannya menjadikan pancasila sebagai indokrinasi sehingga ada kesalahpemahaman terhadap makna dan pengamalan Pancasila. Melani berharap pada era sekarang Pancasila menjadi pemahaman yang terbuka.
Dengan melakukan sosialisasi 4 pilar kebangsaan sesuai dengan target dan sasaran di masyarakat, salah satu media yang digunakan adalah dengan menerbitkan komik dan kartun yang mudah dipahami oleh masyarakat. “Dengan metode baru yang mudah dipahami dengan melibatkan sejarahwan yang terlibat pada masa, dengan melakukan survei yang hasilnya masyrakat berharap 4 pilar tetap disosialisaikan kepada masyarakat,” kata Melani.
Melani mengatakan pentingnya sosialisasi 4 Pilar Kebangsaan agar UUD NRI Tahun 1945 dan Ketetapan MPR RI lebih dapat dipahami secara utuh dan menyeluruh. Sehingga melalui pelaksanaan sosialisasi menjadi semangat untuk melanjutkan program sosilasisai lebih lanjut. “Saya tetap optimis sosialisai pesan 4 pilar bisa diterima oleh masyarakat keberbagai lapisan dan tidak boleh putus untuk disosialisaikan lebih lanjut,” tukasnya.
Seperti yang diutaran oleh Melani, 4 pilar kebangsaan diharapkan akan menjadi sebuah lembaga untuk pembinaan secara untuh dan konsekuen sesuai dengan semangat kebangsaan. Bahwa kelembagaan yang menelan biaya besar tapi efek terhadap rasa nasionalisme yang tingga maka akan setimpal.
Model Kepemimpnan pada setiap era pemerintahan kebangkitan nasionalisme harus digelorakan untuk mengobarkan rasa kebangsaan. Pada era Soekarno sesuai dengan era kemerdekaan sehingga dengan mudah membangkitkan nasionalisme karena bangsa Indonesia baru merdeka, pada era Soeharto adalah masa pembangunan yang dibangun dengan berbagai bantuan dan pinjaman luar negeri, justru pada era kepempinan SBY bangsa Indonesia memberikan pinjaman kepada IMF sebagai bukti bahwa Indonesia juga mampu berdiri sebagai bangsa yang bermartabat dan dihormati oleh bangsa lain. “Memberikan pinjaman adalah wujud menjadi bangsa yang dihormati oleh bangsa lain,” imbuhnya.
Penerapan kebijakan sesuai dengan pola dan methode kepemimpinan masing-masing sehingga mempunyai rule model sesuai dengan era perkembangannya. Pada era Gus Dur membuka peluang golongan lain yang diterima oleh semua golongan. Pada era Megawati sebagai pemimpin perempuan dapat diterima oleh bangsa lain. Begitu juga dengan kepempinan SBY yang mempunyai model kepemimpinan sebagai bangsa yang dihormati oleh bangsa lain di dunia.
Sebagai pemangku jabatan wakil MPR RI, Melani bertekad mensosialisaikan 4 Pilar kebangsaan, walaupun banyak tantangan dalam pelaksanaan maka ia bertekad meneruskan kebijakan dalam Sosialisasi 4 Pilar, yakni Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika. Melani berharap siapaun pemimpinya pada tahun-tahun yang akan datang sosialisasi 4 Pilar Kebangsaan bisa dilaksanakan secara berkelanjutan. “Walaupun setiap pemimpin mempunyai eranya, maka tahun yang akan datang yang akan mempin maka 4 pilar harus disosialisaikan kepada masyarakat,” ungkap Melani dengan santai.
Aqila Putera