Cita-cita awal Melani Leimena Suharli adalah menjadi dokter mengikuti
jejak sang ayah. Meskipun tidak tercapai, panggilan untuk berbakti pada
negeri malah menjadikannya satu-satunya putri J. Leimena yang terjun ke
dunia politik. Bukan tanpa alasan dia memutuskan untuk bergelut di
dunia yang tidak banyak digandrungi kaum perempuan ini.
Sebelum menjadi politikus, Melani lebih dikenal sebagai pebisnis.
Bersama sang suami dia membangun usaha biro perjalanan haji dan umrah
dengan nama Al Amin Universal, yang masih dijalani hingga kini. Dalam
perkembangannya, perusahaannya juga melayani berbagai wisata keagamaan
baik di dalam maupun di luar negeri. Dari usahanya tersebut, dia
kemudian berkenalan dengan berbagai tokoh politik dan sejumlah partai,
salah satu di antaranya Partai Demokrat. Warisan politik dari sang ayah
dan momentum bertemu Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) akhirnya menguatkan
niatnya untuk berpolitik.
“Politik adalah seni melakukan pelayanan, karena itu dalam politik bukan kekuasaan yang harus diraih, melainkan, motivasi kuat untuk melayani.”
Pada 2005, Melani memutuskan untuk bergabung dengan Partai Demokrat
atas saran dari temannya di Kadin. Lalu pada 2006 dia dipercaya menjabat
wakil sekjen Pemberdayaan Perempuan Partai Demokrat. Setahun kemudian
SBY memintanya untuk duduk sebagai anggota dewan pembina dan
satu-satunya anggota perempuan.
Keterlibatannya dalam politik semakin intens dan mendorongnya ikut
bertarung dalam pemilihan anggota legislatif di daerah pemilihan
Jakarta. Dengan bersemangat dia mendatangi konstituennya untuk
berdialog, menyerap aspirasi mereka, dan memberikan pemahaman pentingnya
memilih figur yang tepat. Perjuangannya mengantar ibu tiga anak ini
dilantik sebagai anggota dewan pada Oktober 2009.
Sebagai pendatang baru, kiprah Melani di Partai Demokrat cukup
disegani, begitu juga kepemimpinannya di parlemen sebagai wakil ketua
MPR RI periode 2009-2014. Prestasi tersebut menjadi nilai tambah ketika
dia kembali mengikuti kontestasi pada 2014 dan terpilih untuk periode
kedua dengan masa jabatan 2014-2019. Jika pada periode pertama dia lebih
banyak menjalankan tugas dan peran sebagai pimpinan MPR RI, pada masa
jabatan keduanya dia lebih fokus menjalankan tugasnya di Komisi VI.
Komisi ini membidangi Kementerian Perindustrian, Kementerian
Perdagangan, Kementerian Koperasi dan UMKM, serta BUMN.
Sebagai seorang politisi perempuan yang sudah menjadi anggota
parlemen sejak 2009, Melani sangat aktif, baik dalam organisasi di
internal ataupun eksternal parlemen. Tergabung dalam Kaukus Perempuan
Parlemen RI sejak periode pertamanya, dia lantang menyuarakan pentingnya
akses dan partisipasi perempuan dalam setiap tahapan pembangunan. Dia
juga menekankan perlunya tata pemerintahan yang berwawasan gender.
“Kehadiran pemimpin perempuan di politik akan mampu mendorong
pengurangan kemiskinan, pemerataan pendidikan, kesehatan, dan kesetaraan
gender,” ujar penerima anugerah Bintang Mahaputra Adipradana ini.
Selain hak politik perempuan, Melani aktif mendukung pendidikan anak
usia dini (PAUD) di dapil DKI Jakarta demi generasi masa depan yang
lebih baik. Dia yakin bahwa melalui lembaga pendidikan tersebut berbagai
nilai-nilai kehidupan baik dapat ditanamkan menjadi dasar ketika anak
kelak dewasa. Perhatiannya juga meliputi kaum muda yang merupakan
separuh dari jumlah pemilih pada pemilu 2019.
Pada waktu reses sidang, Melani pun sering mendatangi dapil dan
memberikan berbagai bantuan yang dibutuhkan. Dia tidak segan untuk turun
langsung dan mendengar aspirasi masyarakat, karena baginya itu adalah
cara paling efektif mengetahui apa yang dibutuhkan para pemilih yang
diwakilinya. Hal ini pula yang membuatnya terpilih kembali ketiga
kalinya sebagai anggota DPR RI untuk masa jabatan 2019-2024 Dapil DKI
Jakarta. (Nur A)